kasih ibu tak batas waktu

Kasih Ibu Tak Batas Waktu

Seorang anak bertengkar dengan ibunya & meninggalkan rumah. Saat berjalan ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang. Ia melewati sebuah kedai bakmi. Ia ingin sekali memesan semangkok bakmi karena lapar.
Pemilik bakmi melihat anak itu berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu bertanya”Nak, apakah engkau ingin memesan bakmi?”
“Ya, tetapi aku tidak membawa uang,”jawab anak itu dengan malu-malu.”Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu,”jawab si pemilik kedai.
Anak itu segera makan. Kemudian air matanya mulai berlinang.”Ada apa Nak?”Tanya si pemilik kedai.”Tidak apa-apa, aku hanya terharu karena seorang yg baru kukenal memberi aku semangkuk bakmi tetapi ibuku sendiri setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah. Kau seorang yang baru kukenal tetapi begitu peduli padaku.
Pemilik kedai itu berkata”Nak, mengapa kau berpikir begitu? Renungkan hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi & kau begitu terharu…. Ibumu telah memasak bakmi, nasi, dll sampai kamu dewasa, harusnya kamu berterima kasih kepadanya.
Anak itu kaget mendengar hal tersebut.”Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu?”
Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal aku begitu berterima kasih, tetapi terhadap ibuku yang memasak untukku selama bertahun-tahun,aku bahkan tidak peduli.
Anak itu segera menghabiskan bakminya lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih & cemas. Ketika melihat anaknya, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Nak, kau sudah pulang, cepat masuk, aku telah menyiapkan makan malam.”
Mendengar hal itu, si anak tidak dapat menahan tangisnya & ia menangis di hadapan ibunya.

Kadang kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain untuk suatu pertolongan kecil yg diberikannya pada kita. Namun kepada orang yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua kita, kita sering melupakannya begitu saja.

Tari indang badinding


Tari Indang Badinding
Menelusuri Keunikan Tari Indang Asal Sumatera Barat

Marilah kita menelusuri Keunikan Tari Indang Asal Sumatera Barat
Padang, WisatanewsCom – Indang adalah salah satu kesenian anak nagari Pariaman yang sudah berkembang sejak abad ke 13 seiring dengan masuknya agama Islam ke Minangkabau. Kesenian ini dimainkan oleh 13 orang penari plus 1 orang tukang dzikir.
Pemain memainkan alat musik tambourin mini yang disebut dengan rapai. Biasanya kesenian ini ditampilkan pada malam hari. Syair indang yang disebut dengan radaik berisikan shalawat nabi, hikayat dan cerita keagamaan.
Secara historis Indang merupakan hasil perkawinan budaya antara Minangkabau dan peradaban Islam abad ke – 14, yang mana Peradaban tersebut diperkenalkan pedagang yang masuk ke aceh melalui pesisir barat Pulau Sumatra dan selanjutnya menyebar ke Ulakan-Pariaman.
                Tari Indang berkembang dalam kebudayaan Minangkabau seiring masuknya agama Islam ke daerah Sumatera Barat, yang dulunya digunakan sebagai media dakwah.
Dan menurut sejarah tari Indang, tarian ini merupakan kebudayaan yang dihasilkan dari penggabungan budaya Minangkabau dan nilai – nilai yang terkandung dalam Islam.
                Tidak seperti seni tari pada umumnya, tari Indang tidak menonjolkan gerakan tubuh yang penari dalam pertunjukannya.
                Tari Indang atau Tari badindin sesungguhnya suatu bentuk sastra lisan yang disampaikan secara berkelompok sambil berdendang dan memainkan rebana kecil.Kesenian ini tadinya bertujuan untuk keperluan dakwah islam.
Itu sebabnya, sastra yang dibawakan berasal dari salawat nabi Muhammad atau hal-hal bertema keagamaan. Indang berkembang dalam masyarakat tradisional Minangkabau yang menghuni wilayah kabupaten Padang Pariaman.
Kalau dibedakan lebih dalam, dalam Indang muncul jenis-jenis nyanyian maqam, iqa’at dan avaz serta penggunaan musik gambus. Maqam menggambarkan tangga nada, struktur interval dan ambitus. Iqa’at menyimpan pola ritmik pada musik islam.
                Adapun avaz ialah melodi yang bergerak bebas tapa irama dan diperkenalkan musik islam.Indang biasa diramaikan tujuh penari yang semuanya laki-laki.
               
Ketujuh penari itu biasa dinamai ‘anak indang’. Mereka dipimpin seorang guru yang disebut tukang dzikir. Tari indang merupakan manifestasi budaya mendidik lewat surau dan kentalnya pengaruh budaya Islam di Minangkabau. (Wilaf/dari berbagai sumber)
Tari Indang merupakan salah satu kesenian tari yang berasal dari minangkabau. Etnik minangkabau menyimpan banyak kekayaan tradisi lisan. Asal usul tari indang adalah dari kata Indang atau disebut juga badindin, salah satunya. Tarian ini sesungguhnya suatu bentuk sastra lisan yang disampaikan secara berkelompok sambil berdendang dan memainkan rebana kecil.

Dan ada juga penjelasan dari sumber sumber lain, dan saya akan menjelaskannya lagi.
Sejarah Asal usul tari indang :

Kesenian tari indang tadinya bertujuan untuk keperluan dakwah islam. Itu sebabnya, sastra yang dibawakan berasal dari salawat nabi Muhammad atau hal-hal bertema keagamaan. Indang berkembang dalam masyarakat traditional Minangkabau yang menghuni wilayah kabupaten Padang Pariaman.
Nasrul Azwar, aktivis budaya yang tinggal dipadang, menyebutkan secara historis Indang merupakan hasil perkawinan budaya antara Minangkabau dan peradaban Islam abad ke – 14. Peradaban tersebut diperkenalkan pedagang yang masuk ke aceh melalui pesisir barat Pulau Sumatra dan selanjutnya menyebar ke Ulakan-Pariaman.
Kalau dibedakan lebih dalam, dalam Tari Indang muncul jenis-jenis nyanyian maqam, iqa’at dan avaz serta penggunaan musik gambus. Maqam menggambarkan tangga nada, struktur interval dan ambitus. Iqa’at menyimpan pola ritmik pada musik islam. Adapun avaz ialah melodi yang bergerak bebas tampa irama dan diperkenalkan music islam.
Pentas Tari Indang biasa diramaikan tujuh penari yang semuanya laki-laki. Ketujuh penari itu biasa dinamai ‘anak indang’. Mereka dipimpin seorang guru yang disebut tukang dzikir. Ya, memang indang merupakan manifestasi budaya mendidik lewat surau dan kentalnya pengaruh budaya Islam di Minangkabau.




.......TERIMA KASIH.......


powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme