A. Definisi
Kepemimpinan
Kepemimpinan tampaknya
lebih merupakan konsep yang berdasarkan pengalaman. Kepemimpinan adalah sebuah
hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan)
yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya (Joseph
C. Rost.,1993).
1. Kepemimpinan sebagai fokus
proses-proses kelompok
Mumfrrord (1906-1907) :
“kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau bebrapa individu dalam kelompok,
dalam mengontrol gejala-gejala sosial “.
Cooley (1902) :
“pemimpin selalu merupakan inti dari tendensi dan di lain pihak, seluruk gerakan
sosial bila diuji secara teliti akan terdiri atas berbagai tendensi yang
mempunyai inti tersebut”.
Redl (1942) :
“pemimpin adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok”
Brown (1936) :
“pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang
sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan”.
Knickerbocker (1948) :
“kepemimpinan adalah fungsi dari kebutuhan yang muncul pada situasi tertentu
dan terdiri atas hubungan antara individu dengan kelompoknya.
2. Kepemimpinan sebagai suatu
kepribadian dan akibatnya
Bowden (1926),
mempersamakan kepemimpinan dengan kekuatan kepribadian.
Tead (1929), kepemimpinan
sebagai perpaduan dari berbagai sifat yang memungkinkan individu mempengaruhi
orang lain untuk mengerjakan beberapa tugas tertentu.
Bogarus (1928), kepemimpinan
sebagai bentukan dan keadaan pola tingkah laku yang dapat membuat orang lain
berada di bawah pengaruhnya.
3. Kepemimpinan sebagai seni
mempengaruhi orang lain
Munson (1921) :
”kepemimpinan sebagai kemampuan menghendle orang lain untuk memperoleh hasil
maksimal dengan friksi sedikit mungkin dan kerja sama yang besar. Kepemimpinan
adalah kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah”.
Stuart :
“kepemimpinan sebagai kemampuan yang memberi kesan tentang keinginan pemimpin,
sehingga dapat menimbulkan kepatuhan, rasa hormat, loyalitas dan kerjasama”.
Bundel (1930) :
“ “memandang kepemimpinan sebagai seni untuk mempengaruhi orang lain
mengerjakan apa yang diharapkan supaya orang lain mengerjakan”.
Philips (1939) :
“kepemimpinan adalah pembenahan, pemeliharaan dan pengarahan dari kesatuan
moral untuk mencapai tujuan akhir”.
4. Kepemimpinan sebagai penggunaan
pengaruh
Shartle (1951) :
“pemimpin dapat dianggap sebagi seorang individu yang menggunakan pengaruh
positif melalui tindakannya terhadap orang lain”.
Tannenbaum, Weschler dan Massank (1961) :
“kepemimpinan sebagai pengaruh interpersonal, dipraktekan dalam suatu situasi
dan diarahkan melalui proses komunikasiuntuk mencapai tujuan.
5. Kepemimpinan sebagai tindakan atau
tingkah laku
Hemphill (1949) :
“kepemimpinan didefinisikan sebagi tingkah laku seorang individu yang
mengatakan aktivitas kelompok”
6. Kepemimpinan sebagai bentuk persuasi
Schenk (1928) : “kepemimpinan
adalah pengelolaan manusia melalui persuasi dan interprestasi dari pada melalui
pemaksaan langsung”.
Meson (1934) :
“kepemimpinan mengindikasikan adanya kemampuan mempengaruhi manusia dan
menghasilkan rasa aman dengan melalui pendekatan secara emosional dari pada
melalui penggunaan otoriter”.
Copeland (1942) :
“kepemimpinan adalah seni berhubungan dengan orang lain, merupakan seni
mempengaruhi orang melalui persuasi dengan contoh konkrit”.
7. Kepemimpinan sebagai hubungan
kekuasaan
Janda (1960) :
“kepemimpinan sebagai tipe hubungan kekuasaan yang berciri persepsi anggota
kelompok tentang hak anggota kelompok untuk menentukan pola tingkah laku yang
sesuai dengan aktivitas kelompok”.
Warriner (1955) :
“kepemimpinan sebagai bentuk hubungan antara manusia/individu yang
mempersyaratkan konformitas dengan tindakan masing-masing individu”.
8. Kepemimpinan sebagai alat mencapai tujuan
Cowley (1928) :
“pemimpin adalah individu yang memiliki program, rencana dan bersama anggota
kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti”.
Bellow (1959) :
“kepemimpinan sebagai proses menciptakan situasi sehingga para anggota kelompok,
termasuk pemimpin dapat mencapai tujuan bersama dengan hasil maksimal dalam
waktu yang singkat.
9. Kepemimpinan sebagai akibat dari
interaksi
Borgardus (1929) : “kepemimpinan
tidak sebagi penyebab atau pengendali, melainkan sebagai aklibat dari tindakan
kelompok”.
10. Kepemimpinan sebagai pembedaan peran
Sherif (1956) :
“menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan peranan di dalam suatu skema hubungan
dan ditentukan oleh harapan timbal-balik antara pemimpin dengan anggota
lainnya”.
11. Kepemimpinan sebaga inisiasi
struktur
Stogdill (1955) :
“kepemimpinan sebagai permulaan dan pemeliharaan struktur harapan dan
interaksi”.
B. Teori
Kepemimpinan
1. Teori orang-orang terkemuka
Bernard, Bingham, Tead dan Kilbourne
menerangkan kepemimpinan berkenaan dengan sifat-sifat dasar kepribadian dan
karakter.
2. Teori lingkungan
Mumtord, menyatakan bahwa pemimpin
muncul oleh kemampuan dan keterampilan yang memungkinkan dia memecahkan masalah
sosial dalam keadaan tertekan, perubahan dan adaptasi. Sedangkan Murphy,
menyatakan kepemimpinan tidak terletak dalam dari individu melainkan merupakan
fungsi dari suatu peristiwa.
3. Teori personal situasional
Case (1933) menyatakan bahwa
kepemimpinan dihasilkan dari rangkaian tiga faktor, yaitu sifat kepribadian
pemimpin, sifat dasar kelompok dan anggotanya serta peristiwa yang diharapkan
kepada kelompok.
4. Teori interaksi harapan
Homan (1950) menyatakan semakin tinggi
kedudukan individu dalam kelompok maka aktivitasnya semakin meluas dan semakin
banyak anggota kelompok yang berhasil diajak berinteraksi.
5. Teori humanistik
Likert (1961) menyatakan bahwa
kepemimpinan merupakan proses yang saling berhubungan dimana seseorang pemimpin
harus memperhitungkan harapan-harapan, nilai-nilai dan keterampilan individual
dari mereka yang terlibat dalam interaksi yang berlangsung.
6. Teori pertukaran
Blau (1964) menyatakan pengangkatan
seseorang anggota untuk menempati status yang cukup tinggi merupakan manfaat
yang besar bagi dirinya. Pemimpin cenderung akan kehilangan kekuasaaanya bila
para anggota tidak lagi sepenuh hati melaksanakan segala kewajibannya.
C.
Tipe
– Tipe Kepemimpinan
1.Tipe Otokratis
Ciri-cirinya
antara lain:
a.
Mengandalkan
kepada kekuatan / kekuasaan
b.
Menganggap
dirinya paling berkuasa
c.
Keras
dalam mempertahankan prinsip
d.
Jauh
dari para bawahan
e.
Perintah diberikan secara paksa
2. Tipe Laissez Faire
Ciri-cirinya
antara lain :
a.
Memberi kebebasan kepada para bawahan
b.
Pimpinan tidak terlibat dalam kegiatan
c.
Semua pekerjaab dan tanggung jawab
dilimpahkan kepada bawahan
d.
Tidak mempunyai wibawa
e.
Tidak ada koordinasi dan pengawasan yang
baik
3. Tipe Paternalistik
Ciri-cirinya
antara lain :
a.
Pemimpin bertindak sebagai bapak
b.
Memperlakukan bawahan sebagai orang yang
belum dewasa
c.
Selalu memberikan perlindungan
d.
Keputusan ada ditangan pemimpin
4. Tipe Kepemimpinan
Ciri-cirinya
antara lain :
a.
Dalam komunikasi menggunakan saluran
formal
b.
Menggunakan sistem komanda/perintah
c.
Segala sesuatu bersifat formal
d.
Disiplin yang tinggi, kadang bersifat
kaku
5. Tipe Demokratis
Ciri-
cirinya antara lain :
a.
Berpatisipasi aktif dalam kegiatan
organisasi
b.
Bersifat terbuka
c.
Bawahan diberi kesempatan untuk member
saran dan ide – ide baru
d.
Dalam pengambilan keputusan utamakan
musyawarah untuk mufakat
e.
Menghargai potensi individu
6. Tipe Open Leadership
Tipe
ini hampir sama dengan tipe demokratis. Perbedaannya terletak dalam hal
pengambilan keputusan. Dalam tipe ini keputusan ada ditangan pemimpin.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dijelaskan
bahwa tipe – tipe kepemimpinan terdiri dari 6. Masing- masing mempunyai
ciri-ciri yang berlainan dalam memimpin. Tipe Otokratis merupakan tipe –tipe
kepemimpinan yang mencirikan kekuasaan yang tertinggi yang mengandalkan kepada
kekuasaan dan pemaksaan. Tipe ini jelas membuat bawahan hanya mengikuti segala
sesuatu yang telah ditetapkan tanpa mampu untuk memberikan sebuah pendapat atau
ide-ide. Sehingga bisa menimbulkan adanya kekacauan yang akan terjadi suatu
saat dimana para bawahan mengalami suatu kejenuhan dalam mengikuti peraturan
yang ada. Contohnya : adanya keadaan dimana terjadinya pengambilan kekuasaan
secara paksa atau biasa disebut kudeta yang dilakukan oleh para
pengikut/bawahannya. Tipe Otokratis ini tidak cocok untuk masa modern seperti
sekarang ini, karena perkembangan zaman yang ada membuat orang – orang bebas
dan mudah mengeluarkan pendapat / komentar maka dari itu dibutuhkan suatu
tipe-tipe kepemimpinan yang mampu menampung aspirasi dan ide-ide baru yang ada.
Tipe Laissez Faire, tipe ini
memberikan kebebasan kepada para bawahan, tidak adanya keterlibatan pemimpin
untuk mengawasi dan mengkoordinasi menyebabkan terjadinya kesenjangan. Para
bawahan bebas dan tanpa ragu melakukan segala sesuatu yang mungkin bisa
menyebabkan suatu kekacauan. Tipe sangat tidak cocok untuk masa sekarang, jika
tipe ini memimpin pada masa sekarang secara cepat akan terjadi kekacauan karena
tidak adanya ketegasan dan sikap dari pimpinan.
Tipe Paternalistik merupakan tipe dengan
cara memimpin yang membuat para bawahannya terlihat seperti orang yang belum
dewasa. Sehingga menyebabkan para bawahan tidak bisa mengembangkan diri serta
mengeluarkan ide-ide yang baru. Tipe ini hampir mirip dengan tipe otokratis
yaitu para bawahan tidak bisa berkembang dan mengeluarkan ide-ide baru, tetapi
dalam hal cara memimpin sangatlah berbeda. Tipe Otokratis memimpin dengan
kekuasaan dan pemaksaan sedangkan pada tipe paternalistik pemimpin selalu
bertindak sebagai bapak dan memberikan perlindungan kepada bawahannya.
Tipe Kepemimpinan di cirikan dengan
segala sesuatu yang bersifat formal. Komunikasi yang terjalin antara pemimpin
dan bawahan terlihat bersifat kaku dan mungkin bisa menimbulkan
ketidaknyamanan. Tipe ini mungkin cocok untuk lingkungan yang bersifat militer
yang menjunjung tinggi disiplin yang tinggi.
Tipe Demokratis, tipe – tipe
kepemimpinan ini mungkin yang mendekati sempurna. Para bawahan dibebaskan untuk
berperan aktif dalam kegiatan organisasi, memberikan ide dan saran. Serta ikut
dalam pengambilan keputusan. Namun dalam hal ini kekurangan pada tipe
demokratis adalah dimana segala sesuatu yang berhubungan dengan keputusan
bersifat terbuka terkadang menimbulkan pro dan kontra. Sifat terbuka ini
terkadang membuat orang –orang yang terlibat didalamnya menjadi was- was
sehingga timbul untuk menutupi, memanipulasi dan melakukan penyelewangan.
Contohnya : korupsi.
Tipe Open Leadership sama dengan
tipe demokratis namun dalam hal pengambilan keputusan ada ditangan pemimpin.
Ini menandakan ada batasan antara bawahan dan pimpinan. Para bawahan tetap
berpatisipasi aktif dalam kegiatan organisasi dan memberikan syarat dan ide
baru. Tetapi pimpinanlah yang berhak untuk menyaring serta mengambil keputusan
yang ada. Tipe ini menurut saya adalah tipe yang paling cocok karena walaupun
pemimpin yang berhak membuat keputusan, namun ide dan saran bawahan pasti ikut
andil dalam setiap keputusan yang di ambil oleh pimpinan.